<BGSOUND src='http://gudanglagu.com/lagu-nasyid/raihan/raihan-demi-masa.mp3'></BGSOUND>

Laman

Sabtu, 25 April 2015

PEREKONOMIAN NEGERI SAKURA YANG TAK SEINDAH BUNGANYA



Bunga sakura adalah bunga nasional dari Jepang yang mekar hanya sekali dalam setahun pada musim semi, yaitu sekitar bulan april. Pada bulan April ini di Jepang sedang mengalami puncak musim sakura mekar, tidak hanya itu Negeri Sakura ini juga sedang memulihkan perekonomian negaranya. Lalu apa ada kaitannya bunga sakura dengan perekonomian? Ya tentu ada, bunga sakura yang menjadi ikon negara Jepang ini sedang menjadi pusat perhatian dunia, banyak wisatawan atau turis mancanegara yang ingin melihat mekarnya bunga sakura yang indah itu. Sehingga banyak turis atau wisatawan luar datang  ke Jepang. Menurut angka yang dikeluarkan oleh Organisasi Pariwisata Nasional Jepang, jumlah wisatawan ini melonjak 33,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Hal ini juga menunjukkan bahwa untuk pertama kalinya dalam 44 tahun, ada lebih banyak orang yang tiba di Jepang dibandingkan dengan orang jepang yang pergi ke luar negeri yang berjumlah sekitar 1,1 juta. Pencapaian jumlah ini terakhir kali terjadi pada bulan September 1970. Dengan adanya tingkat wisatawan yang masuk ke Jepang, berarti dapat mempengaruhi perekonomian yang dilihat dari sudut pendapatan nasional yaitu bertambahnya devisa negara. Akan tetapi, perekonomian Negeri Sakura saat ini tidak seindah bunganya. Ada apa dengan Negeri Sakura ini? 

Nah, dalam postingan kali ini saya akan menguraikan apa yang dialami Negeri Sakura saat ini sehingga tak seindah bunga sakura yang dimilikinya. Kemudian saya juga akan  lebih mengulas tentang Sistem Perekonomian, Strategi Pembangunan Ekonomi , serta Peta Perekonomian Negeri Sakura ini.

Jepang merupakan salah satu negara yang paling maju di dunia. GDP (Gross Domestic Product) di negara ini adalah kedua tertinggi di dunia setelah Amerika Serikat. Produk Jepang yang tak asing lagi tentunya seperti Toyota, Sony, Fujifilm dan Panasonic terkenal di seluruh dunia.  Industri manufaktur adalah salah satu kekuatan Jepang, tetapi negara ini miskin akan sumber daya alam. Pola umum yang dijalankannya yaitu perusahaan-perusahaan Jepang mengimpor bahan-bahan mentah, lalu mengolah dan membuatnya sebagai barang jadi yang akan dijual di dalam negeri atau diekspor. Salah satu bidang yang memberikan harapan bagi pertumbuhan ekonomi Jepang adalah perobotan, dimana teknologi Jepang memimpin dunia.

Sistem perekonomian yang dianut oleh Jepang adalah sistem perekonomian pasar kapitalisme.  Sistem ekonomi pasar ini adalah sistem ekonomi ketika perekonomian diserahkan sepenuhnya pada permintaan dan penawaran di masyarakat (mekanisme pasar) . Sistem ini sejalan dengan pandangan ekonomi kaum klasik, dimana mereka menganut paham ‘Laissez faire’, yang menghendaki kebebasan melakukan kegiatan ekonomi, dengan seminim mungkin campur tangan pemerintah. Dalam Indeks Kebebasan Ekonomi , Jepang menempati urutan ke-5 negara paling ‘Laissez faire’ di antara 41 negara Asia Pasifik. Produk otomotif dan elektronik adalah komoditas ekspor unggulan Jepang.  Keuntungan dari sistem ekonomi pasar yang dianut Negeri Sakura ini seperti berikut, adanya kebebasan individu yang mendorong kemandirian berusaha dan pencapaian hasil terbaik, adanya semangat mencari keuntungan maksimum akan meningkatkan motivasi kerja, inovasi, dan produktivitas kerja serta adanya persaingan sehat berdasarkan mekanisme pasar dapat mendorong kemajuan dalam usaha.

Mari kita lihat kondisi perekonomian Negeri Sakura saat ini yang tak seindah bunga sakuranya. Berita terkini didapat dari Negeri Sakura pada bulan Maret 2015 bahwa Jepang telah melaporkan bahwa inflasi inti tahunan negaranya terhenti di bulan Februari lalu, maka tingkat inflasi Jepang secara keseluruhan melambat atau mengalami deflasi pada bulan Maret.  Kemudian data yang rilis bersamaan dengan laporan Negeri Sakura ini adalah tidak menunjukkan sentimen positif untuk mengangkat perekonomiannya. Pengeluaran rumah tangga tercatat merosot meskipun pasar tenaga kerja membaik. Dapat dilihat tren inflasi jepang dalam 2 tahun tahun terakhir pada gambar di bawah ini:

Melihat pergerakan inflasi Jepang yang nyaris tidak fluktuatif dan cenderung terus tergerus oleh sentimen negatif baik dari data lokal maupun global, maka hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Shinzo Abe, PM Jepang bahwa pemulihan ekonomi di Jepang belum solid hingga tahun 2015 ini.  Data mengecewakan masih datang dari industri manufaktur dan belanja konsumen, sehingga menimbulkan keraguan tentang kekuatan permintaan domestik. Namun meski tingkat belanja konsumen dalam negeri masih lemah, aktivitas ekspor Jepang diprediksi akan terus berkembang dimana pengiriman barang ke Amerika Serikat (AS) akan menjadi katalis pertumbuhan ekspor terkuat. Tidak hanya itu, surplus perdagangan juga akan tumbuh lebih besar dalam beberapa bulan ke depan karena harga minyak telah menekan laju impor. Kondisi ini tentu sangat positif bagi pertumbuhan ekonomi Jepang. Melihat kondisi surplus dagang ini, Abe pun mengajak seluruh perusahaan besar di Jepang agar segera menaikkan gaji karyawannya sehingga tingkat belanja konsumen domestik dapat naik dan perlahan masalah deflasi teratasi. Sejauh ini baru Toyota, salah satu perusahaan otomotif besar di Jepang yang sudah melaksanakan instruksi Abe. BOJ juga terus memantau bagaimana efek kemerosotan harga minyak terhadap inflasi Jepang. Terutama dalam hal mencapai goal inflasi sebesar 2 persen. Berdasarkan data yang keluar pagi ini, IHK inti Jepang yang meliputi minyak tetapi tidak termasuk volatilitas harga makanan segar, naik 2,0 persen pada pada bulan Februari. Sementara itu, pengeluaran rumah tangga turun 2,9 persen  pada bulan Februari, dimana penurunan ini sudah terjadi selama hampir 1 tahun terakhir. Para pembuat kebijakan berharap dengan jatuhnya harga bensin dan naiknya upah dapat meningkatkan pengeluaran di sektor rumah tangga dalam beberapa bulan mendatang.

Dilihat dari laporan tersebut, Negeri Sakura kini masih sedang berusaha memulihkan perekonomiannya. Lapoan terakhir, pada bulan April ini Jepang sudah  menunjukkan dampak positif bagi perekonomian Jepang. Hal itu terlihat dari meningkatnya Gross Domestic Product (GDP) jepang. Dan perusahaan Jepang mendapatkan keuntunga yang lebih, sehingga meningkatkan dunia investasi didalamnya. Selain itu, Usaha Kecil Menengah (UKM) sebagai supplier komponen lokal insdustri di Jepang juga Meningkat.

Menurut saya, strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan Jepang saat ini yang cocok adalah strategi pendekatan kebutuhan pokok. Dimana strategi ini telah dikembangkan oleh Organisasi Perburuhan Sedunia (ILO) pada tahun 1975 yaitu dengan menekankan bahwa kebutuhan pokok manusia tidak mungkin dapat dipenuhi jika pendapatan masih rendah. Dapat dikaitan dengan upaya pemulihan perekonomian Jepang saat ini yaitu bahwa Abe PM Jepang telah mengeluarkan kebijakan yaitu meminta perusahaan-perusahaan Jepang untuk menaikkan gaji karyawannya, sehingga dengan tingginya pendapatan warganya, maka daya beli untuk konsumsinya meningkat sehingga GDP nya semakin meningkat. Selain itu menurut saya, strategi ketergantungan juga salah satu strategi pembangunan ekonomi yang telah dilakukan oleh Jepang untuk menciptakan warga masyarakat yang mandiri. Terlihat saat ini Jepang memiliki begitu banyak masyarakat yang menciptakan usaha-usaha industri kretaif yang dapat membantu GDP negaranya.

Jepang terdiri dari 47 prefektur. Berdasarkan keadaan geografis dan sejarahnya, 47 prefektur ini dapat dikelompokkan menjadi sembilan kawasan yaitu : Hokkaido, Tohoku, Kanto, Chubu, Kinki, Chugoku, Shikoku, Kyushu, dan Okinawa. Setiap kawasan ini mempunyai dialek dan adat-istiadat sendiri, serta budaya yang unik. Misalnya, kawasan Kanto yang mencakup Tokyo, dan kawasan Kansai yang mencakup Osaka, amat kontras dalam segala hal, mulai dari citarasa makanan hingga gaya seni pertunjukan tradisional, sehingga orang senang membanding-bandingkannya.

Penduduk Jepang berjumlah 127 juta orang, menduduki tempat ke-9 di dunia dalam hal jumlah penduduk terbanyak di dunia. Karena jumlah penduduknya cukup banyak dibandingkan dengan luas daratannya, maka rata-rata kepadatan penduduknya cukup tinggi yaitu 342 orang per 1 km2. Angka ini jauh lebih besar daripada Amerika Serikat (29), dan Prancis (107), dan kurang-lebih sama dengan Belgia (333). Daerah-daerah pegunungan meliputi lebih dari 70% dari daratan Jepang, sehingga kota-kota utama berpusat di tanah datar yang luasnya tidak sampai 30% dari daratan Jepang. Kota dengan penduduk lebih dari satu juta adalah : Sapporo di Hokkaido; Sendai di kawasan Tohoku; Saitama, Tokyo, dan Yokohama di kawasan Kanto; Nagoya di kawasan Chubu; Osaka, Kyoto, dan Kobe kawasan Kinki; Hiroshima di kawasan Chugoku; dan Fukuoka di Kyushu. Kiranya tidak perlu dikatakan lagi bahwa Tokyo sebagai ibukota merupakan pusat kegiatan Jepang. Kota-kota utama lainnya berperan sebagai pusat politik, ekonomi dan kebudayaan bagi kawasan yang bersangkutan.

Demikian postingan kali ini. Semoga bermanfaat. J


Sumber :
Seri Diktat Kuliah, Perekonomian Indonsia, Universitas Gunadarma
Book Google, Penulis: Imamul Arifin,  Judul: Membuka Cakrawala Ekonomi untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
Stephanie Rebecca/ VMN/VBN/ Analyst-Vibiz Research Center, http://vibiznews.com