Bunga sakura
adalah bunga nasional dari Jepang yang mekar hanya sekali dalam setahun pada
musim semi, yaitu sekitar bulan april. Pada bulan April ini di Jepang sedang
mengalami puncak musim sakura mekar, tidak hanya itu Negeri Sakura ini juga
sedang memulihkan perekonomian negaranya. Lalu apa ada kaitannya bunga sakura
dengan perekonomian? Ya tentu ada, bunga sakura yang menjadi ikon negara Jepang
ini sedang menjadi pusat perhatian dunia, banyak wisatawan atau turis
mancanegara yang ingin melihat mekarnya bunga sakura yang indah itu. Sehingga
banyak turis atau wisatawan luar datang ke
Jepang. Menurut angka yang dikeluarkan oleh Organisasi
Pariwisata Nasional Jepang, jumlah wisatawan ini melonjak 33,4 persen
dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Hal ini juga menunjukkan
bahwa untuk pertama kalinya dalam 44 tahun, ada lebih banyak orang yang tiba di
Jepang dibandingkan dengan orang jepang yang pergi ke luar negeri yang
berjumlah sekitar 1,1 juta. Pencapaian jumlah ini terakhir kali terjadi pada
bulan September 1970. Dengan adanya tingkat wisatawan yang masuk ke Jepang,
berarti dapat mempengaruhi perekonomian yang dilihat dari sudut pendapatan
nasional yaitu bertambahnya devisa negara. Akan tetapi, perekonomian Negeri
Sakura saat ini tidak seindah bunganya. Ada apa dengan Negeri Sakura ini?
Nah, dalam postingan kali
ini saya akan menguraikan apa yang dialami Negeri Sakura saat ini sehingga tak
seindah bunga sakura yang dimilikinya. Kemudian saya juga akan lebih mengulas tentang Sistem Perekonomian,
Strategi Pembangunan Ekonomi , serta Peta Perekonomian Negeri Sakura ini.
Jepang merupakan salah
satu negara yang paling maju di dunia. GDP (Gross Domestic Product) di negara
ini adalah kedua tertinggi di dunia setelah Amerika Serikat. Produk Jepang yang
tak asing lagi tentunya seperti Toyota, Sony, Fujifilm dan Panasonic terkenal
di seluruh dunia. Industri manufaktur
adalah salah satu kekuatan Jepang, tetapi negara ini miskin akan sumber daya
alam. Pola umum yang dijalankannya yaitu perusahaan-perusahaan Jepang mengimpor
bahan-bahan mentah, lalu mengolah dan membuatnya sebagai barang jadi yang akan
dijual di dalam negeri atau diekspor. Salah satu bidang yang memberikan harapan
bagi pertumbuhan ekonomi Jepang adalah perobotan, dimana teknologi Jepang
memimpin dunia.
Sistem perekonomian yang
dianut oleh Jepang adalah sistem perekonomian pasar kapitalisme. Sistem ekonomi pasar ini adalah sistem
ekonomi ketika perekonomian diserahkan sepenuhnya pada permintaan dan penawaran
di masyarakat (mekanisme pasar) . Sistem ini sejalan dengan pandangan ekonomi
kaum klasik, dimana mereka menganut paham ‘Laissez faire’, yang menghendaki
kebebasan melakukan kegiatan ekonomi, dengan seminim mungkin campur tangan
pemerintah. Dalam Indeks Kebebasan Ekonomi , Jepang menempati urutan ke-5
negara paling ‘Laissez faire’ di antara 41 negara Asia Pasifik. Produk otomotif
dan elektronik adalah komoditas ekspor unggulan Jepang. Keuntungan dari sistem ekonomi pasar yang
dianut Negeri Sakura ini seperti berikut, adanya kebebasan individu yang
mendorong kemandirian berusaha dan pencapaian hasil terbaik, adanya semangat
mencari keuntungan maksimum akan meningkatkan motivasi kerja, inovasi, dan
produktivitas kerja serta adanya persaingan sehat berdasarkan mekanisme pasar
dapat mendorong kemajuan dalam usaha.
Mari kita lihat kondisi
perekonomian Negeri Sakura saat ini yang tak seindah bunga sakuranya. Berita
terkini didapat dari Negeri Sakura pada bulan Maret 2015 bahwa Jepang telah
melaporkan bahwa inflasi inti tahunan negaranya terhenti di bulan Februari
lalu, maka tingkat inflasi Jepang secara keseluruhan melambat atau mengalami
deflasi pada bulan Maret. Kemudian data
yang rilis bersamaan dengan laporan Negeri Sakura ini adalah tidak menunjukkan
sentimen positif untuk mengangkat perekonomiannya. Pengeluaran rumah tangga
tercatat merosot meskipun pasar tenaga kerja membaik. Dapat dilihat tren
inflasi jepang dalam 2 tahun tahun terakhir pada gambar di bawah ini:
Melihat pergerakan inflasi Jepang yang nyaris tidak
fluktuatif dan cenderung terus tergerus oleh sentimen negatif baik dari data
lokal maupun global, maka hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Shinzo Abe,
PM Jepang bahwa pemulihan ekonomi di Jepang belum solid hingga tahun 2015 ini. Data mengecewakan masih datang dari industri
manufaktur dan belanja konsumen, sehingga menimbulkan keraguan tentang kekuatan
permintaan domestik. Namun meski tingkat belanja konsumen dalam negeri masih
lemah, aktivitas ekspor Jepang diprediksi akan terus berkembang dimana
pengiriman barang ke Amerika Serikat (AS) akan menjadi katalis pertumbuhan
ekspor terkuat. Tidak hanya itu, surplus perdagangan juga akan tumbuh lebih
besar dalam beberapa bulan ke depan karena harga minyak telah menekan laju
impor. Kondisi ini tentu sangat positif bagi pertumbuhan ekonomi Jepang.
Melihat kondisi surplus dagang ini, Abe pun mengajak seluruh perusahaan besar
di Jepang agar segera menaikkan gaji karyawannya sehingga tingkat belanja
konsumen domestik dapat naik dan perlahan masalah deflasi teratasi. Sejauh ini
baru Toyota, salah satu perusahaan otomotif besar di Jepang yang sudah melaksanakan
instruksi Abe. BOJ juga terus memantau bagaimana efek kemerosotan harga minyak
terhadap inflasi Jepang. Terutama dalam hal mencapai goal inflasi sebesar 2
persen. Berdasarkan data yang keluar pagi ini, IHK inti Jepang yang meliputi
minyak tetapi tidak termasuk volatilitas harga makanan segar, naik 2,0 persen
pada pada bulan Februari. Sementara itu, pengeluaran rumah tangga turun 2,9
persen pada bulan Februari, dimana
penurunan ini sudah terjadi selama hampir 1 tahun terakhir. Para pembuat
kebijakan berharap dengan jatuhnya harga bensin dan naiknya upah dapat
meningkatkan pengeluaran di sektor rumah tangga dalam beberapa bulan mendatang.
Dilihat dari laporan tersebut, Negeri Sakura kini
masih sedang berusaha memulihkan perekonomiannya. Lapoan terakhir, pada bulan
April ini Jepang sudah menunjukkan
dampak positif bagi perekonomian Jepang. Hal itu terlihat dari meningkatnya
Gross Domestic Product (GDP) jepang. Dan perusahaan Jepang mendapatkan
keuntunga yang lebih, sehingga meningkatkan dunia investasi didalamnya. Selain
itu, Usaha Kecil Menengah (UKM) sebagai supplier komponen lokal insdustri di
Jepang juga Meningkat.
Menurut saya, strategi pembangunan ekonomi yang
dilakukan Jepang saat ini yang cocok adalah strategi pendekatan kebutuhan
pokok. Dimana strategi ini telah dikembangkan oleh Organisasi Perburuhan
Sedunia (ILO) pada tahun 1975 yaitu dengan menekankan bahwa kebutuhan pokok
manusia tidak mungkin dapat dipenuhi jika pendapatan masih rendah. Dapat
dikaitan dengan upaya pemulihan perekonomian Jepang saat ini yaitu bahwa Abe PM
Jepang telah mengeluarkan kebijakan yaitu meminta perusahaan-perusahaan Jepang
untuk menaikkan gaji karyawannya, sehingga dengan tingginya pendapatan
warganya, maka daya beli untuk konsumsinya meningkat sehingga GDP nya semakin
meningkat. Selain itu menurut saya, strategi ketergantungan juga salah satu
strategi pembangunan ekonomi yang telah dilakukan oleh Jepang untuk menciptakan
warga masyarakat yang mandiri. Terlihat saat ini Jepang memiliki begitu banyak masyarakat
yang menciptakan usaha-usaha industri kretaif yang dapat membantu GDP
negaranya.
Jepang terdiri dari 47 prefektur. Berdasarkan keadaan
geografis dan sejarahnya, 47 prefektur ini dapat dikelompokkan menjadi sembilan
kawasan yaitu : Hokkaido, Tohoku, Kanto, Chubu, Kinki, Chugoku, Shikoku,
Kyushu, dan Okinawa. Setiap kawasan ini mempunyai dialek dan adat-istiadat
sendiri, serta budaya yang unik. Misalnya, kawasan Kanto yang mencakup Tokyo,
dan kawasan Kansai yang mencakup Osaka, amat kontras dalam segala hal, mulai
dari citarasa makanan hingga gaya seni pertunjukan tradisional, sehingga orang
senang membanding-bandingkannya.
Penduduk Jepang berjumlah 127 juta orang, menduduki tempat ke-9 di dunia dalam hal jumlah penduduk terbanyak di dunia. Karena jumlah penduduknya cukup banyak dibandingkan dengan luas daratannya, maka rata-rata kepadatan penduduknya cukup tinggi yaitu 342 orang per 1 km2. Angka ini jauh lebih besar daripada Amerika Serikat (29), dan Prancis (107), dan kurang-lebih sama dengan Belgia (333). Daerah-daerah pegunungan meliputi lebih dari 70% dari daratan Jepang, sehingga kota-kota utama berpusat di tanah datar yang luasnya tidak sampai 30% dari daratan Jepang. Kota dengan penduduk lebih dari satu juta adalah : Sapporo di Hokkaido; Sendai di kawasan Tohoku; Saitama, Tokyo, dan Yokohama di kawasan Kanto; Nagoya di kawasan Chubu; Osaka, Kyoto, dan Kobe kawasan Kinki; Hiroshima di kawasan Chugoku; dan Fukuoka di Kyushu. Kiranya tidak perlu dikatakan lagi bahwa Tokyo sebagai ibukota merupakan pusat kegiatan Jepang. Kota-kota utama lainnya berperan sebagai pusat politik, ekonomi dan kebudayaan bagi kawasan yang bersangkutan.
Demikian postingan kali ini. Semoga bermanfaat. J
Sumber :
Seri Diktat Kuliah, Perekonomian Indonsia, Universitas
Gunadarma
Book Google,
Penulis: Imamul
Arifin, Judul: Membuka Cakrawala Ekonomi untuk Kelas X
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah